RI-Inggris Kerja Sama Kembangkan Energi Arus Laut

1 day ago 6
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Inggris (FCDO). Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama yang sudah terjalin selama ini.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan kerja sama ini untuk tukar teknologi di bidang mineral kritis (critical mineral) dan energi baru terbarukan (EBT). Mineral kritis yang dimaksud berupa nikel dan lainnya.

"Ini perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Inggris yang substansinya adalah kita akan melakukan tukar teknologi kerja sama di bidang critical mineral dan juga energi baru terbarukan. Jadi sebenarnya ini bagian tindak lanjut dari apa yang menjadi kesepakatan selama ini," kata Bahlil di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (18/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Bahlil menyebut kedua negara akan mengembangkan EBT dengan teknologi air di bawah laut, angin, hingga matahari. Indonesia dinilai memiliki banyak potensi dan teknologinya dari Inggris.

"Nanti kita juga akan kembangkan EBT dengan teknologi air di bawah laut, angin, matahari. Mereka punya teknologi, potensinya di kita kan banyak, tinggal kita combine saja," ucapnya.

Persoalannya saat ini adalah biaya investasi yang besar. Bahlil mengaku masih mencari titik tengah agar semuanya bisa tetap berjalan.

"Satu sisi kita mengalami persoalan di mana biaya investasinya besar. Kalau biaya investasinya besar, harga jualnya ke masyarakat kan mahal. Nah ini kita lagi cari titik tengahnya agar semuanya bisa berjalan," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pembangunan, Perempuan dan Kesetaraan Inggris Anneliese Dodds mengatakan kerja sama ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan teknis kebijakan dan keahlian pengelolaan mineral kritis yang berkelanjutan, untuk memitigasi potensi risiko lingkungan dan sosial terkait kegiatan pertambangan mineral kritis. Kerja sama ini juga akan mendorong kemitraan bisnis strategis untuk pengembangan dan investasi mineral kritis di Indonesia.

"Transisi energi dan agenda net zero akan meningkatkan permintaan mineral kritis hingga tiga kali lipat pada 2030. Kerjasama strategis ini akan membuka peluang bagi Inggris dan Indonesia untuk dapat berkontribusi pada transisi energi global melalui pengembangan sektor mineral kritis yang berkelanjutan," ucap jelas dia.

(aid/kil)

Read Entire Article