Ibu-ibu Ini Sulap Tanaman Obat Jadi Produk Herbal, Cuan Jutaan Per Bulan

1 week ago 6
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana sirup hingga pempek terbuat dari tanaman herbal yang memiliki khasiat untuk kesehatan? Para ibu-ibu di Desa Pengabuan, Kecamatan Abab, Kabupaten Pali, Sumatera Selatan mengolahnya dengan tangan mereka.

Ketua Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Pengabuan, Herawati mengatakan ide ini muncul setelah PT Pertamina EP Adera Field melakukan program pengembangan masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) mulai 2019.

"Digali masalah terbanyak di sini tuh apa, ternyata masalah kesehatan banyak di sini, ekonomi juga masih terbilang rendah di sini, jadi kalau mau beli obat-obatan mahal. Jadi kita manfaatkan apa yang ada di sini," kata Herawati di Desa Pengabuan, Sumatera Selatan, Jumat (13/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat di Kabupaten Pali. Akan tetapi, kondisi lahan gambut dengan iklim yang tak menentu membuat hasil pertanian masyarakat tidak maksimal.

Nah Pertamina EP Adera Field masuk membawa teknologi untuk perubahan sistem pertanian masyarakat modern yakni media penyiraman tanaman yang terintegrasi dengan pupuk organik cair buatan masyarakat binaan yang dikenal sebagai Automatic Drip Irrigation System for Climate Resilient Agriculture Berbasis Android. Melalui teknologi ini, masyarakat dapat mengatur debit dan waktu pengairan sesuai kebutuhan melalui aplikasi di sistem android.

Hasil panen tanaman herbal kemudian dikembangkan menjadi produk turunan seperti pempek dengan campuran bawang dayak, sirup rosella, serta minyak kelapa, bubuk instant temulawak, centella asiatica, hingga tisane daun kelor yang dijual mulai dari Rp 30-50 ribu/pcs. Adapun manfaatnya untuk berbagai kesehatan keluarga.

"Pendapatan keluarga meningkat dari yang hanya Rp 401.512/bulan kini menjadi Rp 3.456.874/bulannya melalui program ini, sekaligus memberikan akses yang lebih luas terhadap produk pangan sehat dan pasar," ujar Herawati.

Pertamina EP Adera Field masuk membawa teknologi untuk perubahan sistem pertanian masyarakat modern.Pertamina EP Adera Field masuk membawa teknologi untuk perubahan sistem pertanian masyarakat modern. Foto: detikcom/Anisa Indraini

Meski pasar penjualannya saat ini belum luas, ibu-ibu di Desa Pengabuan yang terdiri dari 15-30 orang berencana untuk mengembangkannya dengan menitipkan produk-produk ke pusat oleh-oleh dan marketplace.

"Saat ini kita terus memperbaiki packaging dan foto produk yang menarik agar lebih pede untuk menjualnya," ucapnya.

Manager Pertamina EP Adera Field, Adam S. Nasution mengatakan program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa, khususnya kelompok perempuan dan petani, sekaligus mengembangkan varietas padi unggul tahan iklim jilid dua serta mengintegrasikan teknologi pertanian modern dengan sistem yang berkelanjutan.

"Kami bekerja sama dengan multistakeholder dan praktisi pertanian untuk memastikan bahwa metode yang diterapkan dalam program Permata efektif dan mudah diadaptasi oleh masyarakat," ujar Adam.

Selain itu, program ini dirancang sedemikian rupa untuk mendorong masyarakat lebih mandiri dalam memproduksi pangan, mengelola limbah pertanian dan sumber daya lokal secara optimal sehingga terwujud pertanian yang mandiri, modern dan zero waste.

"Selain berkontribusi pada kelestarian lingkungan, menggunakan jenis bibit ini juga mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Sebelumnya hasil panen hanya 500 kg, kini mencapai 1,2 ton dalam sekali panen. Dulu kami hanya bisa satu kali panen dalam setahun, kini kami jadi bisa panen dua kali dalam setahun," ucap Herawati.

(aid/kil)

Read Entire Article